Banyak aspek yang harus dipikirkan ketika membuat sebuah newsletter. Mulai dari menyusun copy dan narasi, membuat call-to-action yang menarik, hingga memikirkan subject line yang bernada clickbait. Semua perlu dipikirkan sematang mungkin, karena seperti halnya email biasa, ketika newsletter sudah dikirim, tak ada tombol undo bila menyadari adanya kesalahan.
Jika Anda baru pertama kali membuat newsletter, simpan artikel ini sebagai panduan terkait hal-hal apa saja yang jangan sampai terlewatkan.
1. Pastikan tujuan dari newsletter yang hendak dibuat
Sebelum menulis draft, pastikan dulu Anda tahu persis goal apa yang hendak diraih dari newsletter ini. Apakah untuk mendatangkan calon pelanggan baru? Atau untuk membantu meningkatkan traffic website? Tentukan dulu tujuannya, karena hal ini lah yang jadi acuan untuk keputusan-keputusan lain yang akan dibuat selanjutnya.
Namun, perlu diingat bahwa gol yang ditetapkan harus lebih dari sekedar “berapa orang yang akan membukanya.”Gol yang dibuat harus lebih berhubungan dengan tujuan bisnis Anda secara umum. Open rate bisa memberikan indikasi pada performa newsletter Anda, tapi hal itu tidak seharusnya menjadi satu-satunya angka statistik yang Anda pikirkan tiap bulannya.
2. Kumpulkan materi konten
Saat sudah tahu golnya, mulailah mengumpulkan materi untuk konten yang akan disebarkan melalui newsletter. Materi-materi yang lumrah dimuat dalam newsletter biasanya didapatkan dari blog post dari website bisnis Anda, akun-akun media sosial, lead-generation content, newsletter internal, hingga dokumentasi acara.
3. Desain template newsletter
Bayangkan terlebih dulu bagaimana tampilan newsletter nantinya sebelum Anda mulai menulis copy atau isi email newsletter. Dengan begitu, Anda akan bisa mengira-ngira seberapa banyak space yang Anda miliki untuk menempatkan konten yang hendak dipromosikan.
Template yang dibuat tidak perlu terlalu ‘wah’, newsletter dengan format teks dan warna yang minimalis juga bisa terlihat bagus dan profesional. Yang diperlukan, adalah desain yang mempermudah penerima newsletter untuk membaca, memindai, dan mengklik elemen yang ada di tubuh email. Artinya, desain yang dibuat harus mobile-friendly. Berdasarkan data dari Litmus, 46% orang di tahun 2018 membuka email melalui ponsel mereka — 30% lebih tinggi ketimbang jumlah orang yang membuka email melalui desktop.
4. Masukkan konten di body email
Selanjutnya, adalah mengisi template dengan teks dan gambar. Bila email newsletter diibaratkan sebagai tubuh manusia, maka teks dan tulisan adalah dagingnya, Maka, luangkan banyak waktu untuk menyempurnakannya.
Ada yang memilih untuk menulis copy yang singkat, untuk mendorong terjadinya clickthrough, tapi ada juga yang memilih sebaliknya. Pastikan untuk menambahkan gambar-gambar menarik untuk mendukung copy yang Anda tulis.
Jangan lupa untuk melakukan proses editing isi email secara hati-hati. Ingat, saat email newsletter sudah dikirim, maka Anda sudah tidak bisa mengubah typo-typo kecil memalukan itu.
5. Pilih subject line dan tuliskan nama pengirim
Menurut survey yang dilakukan Hubspot, dengan mencantumkan nama orang asli di kolom ‘sender’ (alih-alih nama perusahaan), akan membuat kemungkinan email newsletter Anda dibuka jadi lebih tinggi. Lakukan A/B test jika dirasa perlu, untuk melihat apakah strategi ini berhasil untuk Anda. Yang jelas, pastikan untuk mencantumkan nama yang mudah dikenali dan terasosiasi langsung dengan bisnis Anda, sehingga penerima tidak bingung kenapa mereka mendapatkan email newsletter tersebut.
Sedangkan untuk subject lines, Anda bisa membuat kata-kata yang click-worthy dengan memperhatikan keringkasan kalimat dengan nada atau ajakan yang jelas dan bisa langsung ditindaklanjuti. Pertimbangkan untuk membubuhkan kalimat-kalimat seru seperti “Hey” atau “Ayo.”
6. Lengkapi konten newsletter dengan alt text
Kalau sudah sampai di titik ini, sebenarnya email newsletter Anda sudah layak untuk dikirim. Namun, banyak orang yang sering lupa membuat satu detail yang kecil tapi krusial: alt text.
Alt text adalah teks yang muncul ketika gambar tidak ter-load. Mengingat tidak semua provider email mampu memuat gambar secara cepat dan layak, pastikan Anda sudah membuat alt text, sehingga penerima tetap tahu isi newsletter sekalipun gambar tidak atau gagal dimunculkan. Jika CTA yang Anda buat berupa image, conversion rates Anda jelas akan buruk tanpa adanya alt text.
7. Coba email provider dan browser yang berbeda-beda
Tidak semua provider email menampilkan suatu email dengan cara yang sama. Apa yang tampak bagus di Gmail ketika dibuka dengan Chrome, akan terlihat jelek jika dibuka melalui Outlook, misalnya. Maka Anda perlu mencoba-coba menggunakan browser dan provider email yang berbeda-beda untuk mengetahui mana yang paling sesuai dengan template email yang Anda gunakan.
8. Tekan tombol ‘Send’
Momen yang ditunggu-tunggu! Setelah memastikan semua hal yang ingin dan perlu disampaikan sudah tersusun di tubuh email newsletter, ini waktunya untuk menekan tombol kirim.
9. Analisis dan perbaiki
Setelah beberapa hari, data dari performa newsletter yang Anda kirim akan mulai terlihat. Lalu, apa yang harus dilakukan setelah mengetahui statistiknya?
Lihat, apakah performa email newsletter yang Anda kirimkan sesuai dengan goal yang Anda buat di poin pertama. Cari tahu bagian mana dari email yang mendapatkan paling banyak klik, dan bagian mana yang paling berkontribusi dalam tercapainya tujuan Anda. Jika Anda memiliki closed-loop analytics, mengukur hal-hal tersebut bisa dilakukan dengan mudah.
Jadikanlah data-data yang Anda peroleh dari analitik sebagai acuan untuk membuat email newsletter yang jauh lebih baik di kemudian hari.