Konsumerisme adalah perilaku konsumtif berlebihan yang timbul dari keinginan membeli barang atau jasa untuk kepuasan pribadi. Dengan kata lain, konsumerisme artinya adalah budaya konsumsi secara terus-menerus.
Konsumerisme menjadi salah satu dampak dari globalisasi dan sistem kapitalisme modern yang telah berkembang ke seluruh penjuru dunia. Adanya internet dan media sosial seolah membuat konsumerisme semakin menjamur.
Apa itu Konsumerisme
Konsumerisme dapat diartikan sebagai paham atau ideologi yang menjalankan proses konsumsi dan pemakaian barang produksi secara berlebihan.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), konsumerisme adalah salah satu bagian gaya hidup yang menganggap bahwa barang-barang mewah atau tersier sebagai tolak ukur kebahagiaan, kesenangan, dan sebagainya. Tak heran jika perilaku ini kerap dihubungkan dengan sifat boros, glamour, dan hedon.
Menurut sosiolog Jean Baudrillard, konsumerisme artinya budaya konsumsi modern yang menciptakan hasrat untuk mengonsumsi sesuatu secara terus menerus. Seseorang yang dengan gaya hidup konsumerisme umumnya ingin menunjukkan status sosialnya, sehingga dapat dikatakan tujuan konsumerisme bukan karena kebutuhan, melainkan lifestyle belaka.
BACA JUGA: Apa Itu FOMO dan Strategi yang Biasanya Digunakan
Ciri-ciri Konsumerisme
Setelah mengetahui apa itu konsumerisme, selanjutnya kami akan memaparkan beberapa ciri konsumerisme. Ada beberapa ciri konsumerisme, di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Membeli Barang Karena Tren
Ciri-ciri menonjol dari konsumerisme adalah keinginan untuk mengikuti tren. Konsumerisme bisa muncul karena perasaan FOMO (Fear of Missing Out) dan takut ketinggalan tren.
2. Ingin Tampil Beda dan Menarik Perhatian
Ciri lain dari konsumerisme adalah keinginan untuk tampil beda agar menarik perhatian orang lain. Orang-orang yang konsumtif biasanya mengincar barang-barang mewah terbaru atau yang limited edition. Selain untuk kepuasan pribadi, perilaku ini juga untuk menarik perhatian orang lain.
3. Bangga Terhadap Penampilan dan Kepemilikan Barang
Pelaku konsumerisme biasanya akan bangga dengan sesuatu yang mereka miliki, entah penampilan atau barang tertentu. Perasaan ini dapat memicu keinginan untuk pamer kepada orang lain dan merasa bangga berlebihan terhadap diri sendiri.
Penyebab Konsumerisme
Sama seperti hedonisme, konsumerisme bukanlah perilaku yang secara alami ada pada diri manusia. Konsumerisme artinya adalah sesuatu yang terjadi karena beberapa penyebab, di antaranya:
1. Globalisasi
Penyebab utama konsumerisme adalah globalisasi, yang terjadi saat banyak produk-produk luar masuk ke pasar Indonesia. Produk-produk ini seringkali memiliki beberapa keunggulan sehingga membuat masyarakat ingin terus membelinya.
2. Kemajuan Teknologi
Konsumerisme sulit berkembang tanpa kehadiran teknologi. Saat ini, gaya hidup mewah dan konsumtif sangat mudah ditemukan di berbagai unggahan media sosial, baik dari kalangan selebriti, influencer, bahkan orang biasa.
Tanpa disadari, gaya hidup mewah ini dapat “menular” ke siapapun yang terpapar unggahan tersebut secara terus-menerus.
3. Budaya Pop
Selain dari unggahan di media sosial, menyebarnya budaya pop juga telah menyebabkan konsumerisme. Budaya pop yang dimaksud meliputi film, game, musik, dan lain-lain.
Produk-produk yang ada di dalamnya menyebabkan banyak orang ingin membeli atau menggunakannya, meski tidak benar-benar membutuhkan.
4. Tren Gaya Hidup
Penyebab lain dari konsumerisme adalah tren yang tersebar di kalangan masyarakat. Tren ini biasanya dipopulerkan oleh kalangan figur publik atau influencer di media sosial, yang membuat masyarakat ingin menggunakannya juga.
BACA JUGA: Lima Contoh Budaya Perusahaan yang Unik
Dampak Konsumerisme
Sebenarnya, konsumerisme tidak hanya bisa membawa dampak negatif, tetapi juga dampak positif. Apa saja?
Dampak Negatif
Ada beberapa dampak negatif dari konsumerisme, di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Menimbulkan Sifat Boros
Orang dengan jiwa konsumtif akan cenderung melakukan pemborosan. Hal ini karena saat mereka membeli suatu barang atau jasa, mereka lebih banyak mementingkan kepuasan dibanding kebutuhan.
2. Kesulitan Mengatur Keuangan
Sifat boros yang disebabkan oleh gaya hidup konsumerisme, juga akan membuat orang kesulitan mengatur keuangan. Kebiasaan membeli barang tanpa didasari kebutuhan juga bisa memicu kondisi “besar pasak daripada tiang”, di mana pengeluaran lebih besar daripada pemasukan.
Konsumerisme juga menyebabkan seseorang sulit menabung dan berinvestasi untuk masa depan keuangannya.
3. Memicu Ketimpangan Sosial
Dampak negatif lain dari konsumerisme adalah bisa menimbulkan ketimpangan sosial. Hal ini karena tidak semua masyarakat memiliki daya beli yang sama, padahal tren atau gaya hidup konsumtif berkembang di seluruh lapisan masyarakat. Akibatnya, ketimpangan sosial pun tidak bisa dihindari.
4. Dapat Memicu Utang
Orang dengan daya beli rendah, namun ingin mengikuti tren yang berkembang, kemungkinan akan memutuskan berutang demi tercapainya kepuasan diri tersebut. Utang yang menumpuk dan tidak terkendali akan membawa masalah lain yang lebih serius, seperti kriminalitas atau depresi.
Dampak Positif
Ada beberapa dampak positif dari konsumerisme, di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Mendorong Pertumbuhan Ekonomi
Walau banyak memicu dampak negatif, namun tidak bisa dimungkiri bahwa konsumerisme juga dapat meningkatkan siklus pembelian dan penjualan. Hal ini akan secara langsung mendorong roda pertumbuhan ekonomi suatu negara.
2. Meningkatkan Daya Kreativitas dan Inovasi Pelaku Usaha
Dampak positif lain dari konsumerisme adalah mendorong pelaku bisnis untuk lebih kreatif dan berinovasi menciptakan produk-produk yang disukai masyarakat. Hal ini dapat terjadi karena berkat konsumerisme, selera masyarakat akan suatu produk akan terus berkembang.
3. Menurunkan Biaya Produksi
Semakin banyak permintaan suatu barang, semakin turun pula biaya produksinya. Hal ini tentu akan menguntungkan konsumen, karena harga jualnya juga menjadi lebih rendah.
4. Meningkatkan Jumlah Lapangan Kerja
Dampak positif terakhir dari konsumerisme adalah meningkatkan jumlah lapangan pekerjaan. Hal ini dapat terjadi karena semakin banyak produk yang beredar, semakin banyak pula tenaga kerja yang dibutuhkan.
BACA JUGA: Domain .ART – Ideal Bagi Komunitas Seni dan Budaya
Contoh Konsumerisme
Ada beberapa contoh dari konsumerisme, di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Membeli Barang Mewah karena Mengikuti Tren
Salah satu tren yang dapat memicu sikap konsumerisme adalah mengoleksi tas-tas branded dengan harga fantastis, mulai dari belasan hingga ratusan juta. Mirisnya, tidak sedikit orang yang rela berutang atau menggunakan kartu kredit demi mengikuti tren ini.
2. Membeli iPhone Terbaru Agar Tidak Ketinggalan Tren
Contoh lain konsumerisme adalah membeli iPhone terbaru. Mengapa demikian? iPhone memang selalu menjadi perbincangan di seluruh kalangan. Seseorang yang menggunakan iPhone kerap dinilai sebagai orang yang trendi dan berkelas.
Sehingga, membeli seri terbaru iPhone setiap tahun dengan alasan agar tidak ketinggalan zaman dapat menjadi salah satu contoh konsumerisme
3. Membeli Koin Crypto hingga Ratusan Juta
Beberapa waktu lalu, banyak orang terkena “demam” crypto, atau investasi mata uang digital. Tren ini memicu konsumerisme, bahkan banyak orang rela berutang agar tidak tertinggal tren berinvestasi.
Konsumerisme memang tidak selamanya buruk. Namun, ada baiknya Anda tetap mengontrol diri supaya tidak terjebak dalam konsumerisme yang memicu kerugian.
Itulah penjelasan tentang apa itu konsumerisme oleh Rumahweb Indonesia. Semoga artikel ini bermanfaat!