Dalam ilmu ekonomi, terdapat istilah BEP, atau Break Even Point. Jadi, apa itu BEP? BEP adalah kondisi di mana jumlah pendapatan dan pengeluaran di suatu perusahaan mencapai titik seimbang atau sama. BEP menentukan apakah sebuah perusahaan mengalami kerugian atau tidak.
Karena peran inilah, BEP penting dipahami bagi mereka yang bergelut di dunia bisnis. Jika Anda termasuk pelaku usaha atau baru ingin memulai bisnis, yuk, belajar tentang BEP di artikel Rumahweb Indonesia kali ini!
Pengertian BEP
Break Even Point atau biasa disebut BEP adalah titik impas atau seimbang, di mana laba yang diperoleh sama dengan biaya pengeluaran. Dalam kondisi, ini bisa dikatakan suatu usaha tidak mengalami kerugian ataupun keuntungan, karena labanya sama dengan nol.
Banyak orang awam menyamakan BEP dengan balik modal. Padahal keduanya berbeda. Dalam ilmu akuntansi, balik modal disebut dengan Return of Investment (ROI). ROI adalah modal yang dikeluarkan saat menjalankan bisnis dan sudah memberikan profit dalam periode tertentu.
BACA JUGA: Apa Itu Marginal Cost? Pengertian, Contoh, dan Cara Menghitung
Elemen-elemen BEP
Setelah mengetahui tentang apa itu BEP, selanjutnya akan dibahas tentang elemen-elemennya. Terdapat beberapa elemen yang perlu diperhatikan saat menghitung BEP, di antaranya:
1. Biaya Tetap (Fixed Cost)
Elemen pertama penyusun BEP adalah biaya tetap. Biaya tetap atau fixed cost merupakan biaya pokok yang selalu dikeluarkan perusahaan, meskipun sedang tidak memproduksi barang apapun. Contoh fixed cost adalah biaya sewa gedung/kantor, biaya perawatan mesin, kendaraan, dan lain-lain.
2. Biaya Variabel (Variable Cost)
Berbeda dengan biaya tetap, biaya variabel dalam BEP adalah biaya yang dikeluarkan dengan mengikuti jumlah produksi yang dihasilkan perusahaan. Contohnya adalah bahan baku, biaya tenaga kerja, peralatan sekali pakai, dan lain-lain.
3. Biaya Campuran (Mixed Cost)
Selain biaya tetap dan variabel, ada juga mixed cost. Mixed cost dalam BEP adalah biaya campuran/gabungan antara biaya tetap dan biaya variabel.
Mixed cost memiliki nilai tetap yang wajib dibayarkan perusahaan walaupun tidak melakukan aktivitas produksi, namun jika produksi dilakukan, jumlahnya bisa meningkat terus mengikuti jumlah produksi.
Contoh mixed cost adalah tagihan listrik, air, biaya bensin, dan lain-lain.
4. Harga Pokok Penjualan (HPP)
HPP terbentuk setelah semua biaya di atas dijumlahkan. HPP dalam BEP adalah harga murni yang nominalnya sama dengan HPP. Nilai laba dalam HPP juga sama dengan nol.
5. Margin Laba
Elemen terakhir yang wajib diperhatikan dalam BEP adalah margin laba. Elemen ini wajib ditambahkan pada harga produk jika BEP-nya sudah terhitung. Nilai margin laba dapat ditambahkan sesuai harga jual produk yang diinginkan.
BACA JUGA: Apa Itu Margin? Pengertian, Fungsi, hingga Cara Menghitungnya
Cara Menghitung BEP Rupiah
Ada dua cara menghitung BEP rupiah atau nominal
- BEP (dalam rupiah)=Biaya Tetap ProduksiHarga Per unit – Biaya Variabel Per UnitHarga Per Unit
- BEP (dalam rupiah)=Biaya Tetap ProduksiMargin Kontribusi Per UnitHarga Per Unit
Contoh Penerapan BEP
PT Surya Elektronika akan memproduksi televisi model terbaru dan ingin mengetahui berapa penjualan yang harus diperoleh untuk meraih titik BEP.
Untuk memproduksi televisi tersebut, PT Surya Elektronika mengeluarkan biaya tetap sebesar Rp900.000.000, dan biaya variabel sebesar Rp2.500.000. Rencananya, televisi akan dijual dengan harga Rp5.000.000 per unit. Maka BEP rupiahnya adalah:
Jadi, BEP Rupiahnya adalah sebesar Rp1.800.000.000, atau 1,8 miliar.
Tujuan BEP
BEP adalah elemen yang menentukan apakah sebuah perusahaan mengalami kerugian atau tidak. Jika dijabarkan lebih lanjut, ada beberapa tujuan dari BEP, antara lain:
1. Kerja Lebih Efisien
Tujuan pertama BEP adalah membuat perusahaan lebih cepat dalam menentukan langkah kerja yang lebih efisien. Misalnya, jika perusahaan ingin mengganti tenaga kerja dengan mesin, maka biaya tetap dan biaya variabel akan mengalami perubahan.
Dengan BEP, perusahaan dapat menghitung berapa perubahan biaya yang akan terjadi sebagai bahan pertimbangan.
2. Menentukan Sisa Kapasitas Produksi
Jika perusahaan sudah mencapai titik BEP, artinya mereka tidak sedang mengalami kerugian maupun keuntungan. Dari situ, perusahaan dapat mencari keuntungan dengan menentukan sisa kapasitas produksi.
3. Mengetahui Perubahan Nilai Laba saat Harga Produk Berubah
Elemen-elemen dalam BEP memiliki hubungan paralel, sehingga jika ada salah satu elemen yang berubah, maka elemen lainnya akan ikut berubah.
4. Melihat Potensi Laba
Saat perusahaan sudah mengetahui nilai BEP, maka perusahaan tersebut sudah dapat mengantisipasi nilai kerugian saat penjualannya mengalami penurunan.
BACA JUGA: Apa itu Profit? Pengertian, Jenis, dan Cara Meningkatkannya
Kesimpulan
BEP penting untuk diketahui oleh setiap pelaku bisnis, karena dapat berguna untuk menganalisis kelayakan sebuah aktivitas usaha dalam perencanaan bisnis. Selain itu, BEP juga dapat dijadikan landasan strategis penjualan, misalnya untuk menentukan harga barang, metode produksi, dan pengambilan keputusan lain.
Demikian penjelasan mengenai BEP, mulai dari apa itu BEP, elemen-elemen BEP, hingga cara menghitungnya dari Rumahweb. Semoga membantu!