Rumahweb Blog
Banner - apa itu Aplikasi Native adalah

Aplikasi Native: Pengertian, Jenis, dan Tools yang Digunakan

Ketika membeli HP, Anda bisa menggunakan aplikasi yang sudah terpasang default, atau mengunduh aplikasi melalui App Store dan Play Store. Aplikasi native adalah aplikasi yang dibuat secara spesifik untuk OS tertentu, agar performa dan user experience dapat lebih optimal.

Jika diibaratkan, sama seperti setiap bidang harus ada orangnya, dan setiap orang juga membutuhkan sebuah bidang untuk mengasosiasikan dirinya dengan suatu identitas.

Kiranya demikian kalimat yang tepat untuk menggambarkan lingkup kerja aplikasi native, di mana kebermanfaatannya hanya terbatas pada satu platform saja, yakni dengan menggunakan bahasa tertentu yang terimplementasi bahasa pemrograman

Dalam artikel ini, kami akan membahas secara detail tentang apa itu aplikasi native, fungsi hingga tools yang biasa digunakan untuk membuatnya. Simak informasi berikut ini.

Apa itu aplikasi native?

Dalam dunia kerja, dikenal dua jalan ninja yang bisa ditempuh: menjadi generalis atau menjadi spesialis. Keduanya tentu memiliki kelebihan dan kekurangan yang selalu bisa diperdebatkan. 

Membangun aplikasi native sama seperti menjadi spesialis. Hal ini karena native adalah aplikasi yang ditulis dalam bahasa pemrograman spesifik. Selain itu, aplikasi native hanya dapat diterima oleh platform atau OS yang dituju saja, seperti iOS, Android, maupun OS lainnya.

Pindah Hosting ke Rumahweb Gratis

Sebagai contoh, Swift atau Objective-C yang dipakai untuk merakit aplikasi iOS asli, dan Java atau Kotlin yang digunakan untuk membentuk aplikasi Android.

Native adalah aplikasi yang biasanya sudah terpasang secara default. Contoh aplikasi native pada sistem operasi iOS seperti Podcast dan Stocks. Selain, itu pada sistem operasi iOS dan Android kita juga bisa menemui aplikasi native seperti Facebook.

Namun, aplikasi native tidak hanya yang terpasang secara default saja. Aplikasi native adalah aplikasi yang biasanya juga dapat didownload pada Google Play untuk Android atau App Store untuk iOS. 

Karena native adalah aplikasi yang dibangun khusus untuk platform atau OS (Operating System) tertentu alias spesialis, maka tak mengherankan bila aplikasi native dibangun menggunakan bahasa pemrograman yang spesifik agar dapat memberikan performa yang lebih cepat.

Fungsi aplikasi native

Setelah mengetahui tentang apa itu aplikasi native, selanjutnya kami akan menjelaskan tentang fungsinya. Aplikasi native memiliki berbagai fungsi, terutama dalam konteks pengembangan perangkat lunak dan teknologi mobile. Berikut beberapa fungsi utama dari aplikasi native:

  • Kinerja Optimal : Karena dibuat secara khusus, aplikasi native dapat menjalankan tugas dengan sangat efisien, menggunakan resource perangkat keras seperti CPU dan memori secara efektif.
  • Akses penuh ke fitur perangkat: Biasanya, aplikasi native dapat mengakses semua fitur perangkat keras dan perangkat lunak yang tersedia. Contohnya seperti kamera, GPS, sensor sidik jari, dan lainnya.
  • Keamanan: Aplikasi native biasanya lebih aman, karena dapat memanfaatkan fitur keamanan bawaan dari platform tempat aplikasi dibuat.

Bahasa pemrograman aplikasi native

Bahasa merupakan elemen vital untuk berkomunikasi atau berinteraksi untuk menghasilkan sesuatu. Aplikasi native adalah hasil peran bahasa pemrograman, yang termasuk sebagai komponen penting tersebut.

Ada beberapa bahasa pemrograman yang dapat digunakan untuk membuat atau mengembangkan aplikasi. Berikut kami rangkum bahasa pemrograman sesuai perangkat tertentu untuk mengembangkan aplikasi native:

1. Java

Sejak diluncurkan pada tahun 2007, Java menjadi bahasa pemrograman utama Android. Pengembangan aplikasi native, terutama untuk Android, didominasi oleh bahasa pemrograman yang dibuat oleh James Gosling ini.

Oleh karena itu, meroketnya jumlah penjualan Android turut meningkatkan penggunaan Java sebagai bahasa pemrograman yang dimanfaatkan oleh para developer Android. 

2. Kotlin

Selain Java, bahasa pemrograman lain yang bisa dipakai untuk pengembangan aplikasi native adalah Kotlin. Bedanya dengan Java, Kotlin menyajikan penulisan kode yang fleksibel dan lebih sederhana.

Anda dapat menggunakan bahasa pemrograman yang dikembangkan oleh Dmitry Jemerov ini untuk mengembangkan aplikasi native Android. Banyak pihak menduga bahwa pada masa yang akan datang, besar kemungkinan Kotlin menjadi bahasa pemrograman untuk perangkat berbasis mobile yang populer.

Selengkapnya tentang apa itu Kotlin bisa Anda baca pada artikel berikut.

3. Objective-C dan Swift

Selain Java dan Kotlin, bahasa pemrograman lain yang bisa dipakai untuk pengembangan aplikasi native adalah Objective-C dan Swift. Jika Java dan Kotlin banyak dimanfaatkan oleh para developer Android, maka Objective-C dan Swift dipakai oleh para perakit aplikasi native pada sistem perangkat operasional iOS.

Dahulu, para developer lebih sering menggunakan Objective-C. Namun kini para programmer lebih memilih menggunakan Swift sebagai bahasa dasar program untuk aplikasi asli di sistem iOS. Perubahan ini didasari karena Swift yang  dikenal lebih cepat dan minim terjadi error jika dibandingkan dengan Objective-C.

Jika disimpulkan, maka Swift adalah bahasa pemrograman resmi dari Apple yang menjadi pengembangan dari Objective-C dan bisa berjalan bersama bahasa dan API Objective-C.

BACA JUGA : Apa itu Swift Code? Pengertian, Cara Kerja, dan Contohnya

4. C#

Bahasa pemrograman selanjutnya yang bisa dipakai untuk pengembangan aplikasi native adalah C#.

Jika Java dan Kotlin dipakai oleh para perakit aplikasi native pada OS Android, dan Objective-C atau Swift banyak dimanfaatkan untuk OS iOS, maka tool Xamarin C# bisa dipakai untuk membangun aplikasi Android dan iOS.

Pada Android contohnya, aplikasi rancangan Microsoft ini digunakan untuk mengembangkan Unity3D Game Engine yang diluncurkan oleh Unity Technologies. 

Kekurangan dan kelebihan aplikasi native

Sama seperti aplikasi lain, native adalah aplikasi yang memiliki kelebihan dan kekurangannya. Berikut Rumahweb Indonesia akan mengulas keduanya untuk Anda!

Kekurangan aplikasi native

Kekurangan yang dimiliki oleh aplikasi native adalah pada sisi fleksibilitas, butuh waktu lama untuk pengembangan, mahalnya biaya pengembangan, dan pembaharuan berkala. Bagaimana maksudnya? Berikut penjelasan detailnya:

1. Kurang fleksibel 

Seorang developer umumnya hanya akan mengembangkan aplikasi yang bisa dipakai pada satu platform saja. Hal ini berarti Anda perlu membuat aplikasi baru, jika ingin mengembangkannya untuk platform lain.

Maka dari itu, Anda perlu menguasai beberapa bahasa pemrograman sesuai dengan platform yang ingin Anda buat.

2. Butuh waktu lama untuk pengembangan

Selain kurang fleksibel, native adalah aplikasi yang pengembangannya memerlukan waktu cukup lama, karena setiap pengembangan aplikasi tentu saja menggunakan bahasa pemrograman yang berbeda.

3. Mahalnya biaya pengembangan

Tidak hanya kurang fleksibel dan butuh waktu lama untuk dikembangkan, native adalah aplikasi yang juga memakan biaya besar untuk pengembangannya.

Minimal terdapat dua kran yang berpotensi menjadi sumber penyedot keuangan. Pertama, biaya developer khusus untuk membuat aplikasi di perangkat tertentu yang mana nominalnya tidak sedikit.

Kedua, biaya pemeliharaan untuk dua aplikasi berbeda pada setiap platform. Belum lagi ditambah potensi biaya tidak terduga lainnya.

4. Pembaruan berkala

Pada artikel apa itu javascript, Rumahweb Indonesia menulis bahwa aplikasi perlu berlaku seperti Prokopton dalam Stoikisme atau Kaizen seperti prinsip orang-orang Jepang, yang kurang lebih memiliki makna perbaikan terus-menerus.

Sama seperti aplikasi lain, native adalah aplikasi yang perlu terus diperbarui, mengikuti platform OS yang digunakan, jika versi OS juga diperbaharui.

Jika pembaruan tidak dilakukan, maka pengguna tentu tidak bisa merasakan aplikasi dengan versi yang lebih baik, alias menjadi monoton. Dengan adanya pembaruan secara berkala, berarti juga ada fitur yang ditambah dan bug yang diperbaiki.

Selain itu, merilis pembaruan aplikasi di App Store maupun Play Store juga sudah menjadi sebuah kewajiban. Meskipun harga yang harus dibayar adalah bertambahnya alokasi ruang penyimpanan perangkat milik pengguna.

Kelebihan yang dimiliki aplikasi native

Beberapa kelebihan yang dimiliki oleh aplikasi native adalah performa yang baik dan cepat, bisa dinikmati tanpa internet, ramah pengguna, dan masih banyak lagi. Berikut penjelasan detailnya:

1. Performa baik dan cepat 

Kelebihan pertama dari aplikasi native adalah karena pengembangannya yang khusus atau sesuai dengan spesifikasi satu OS tertentu saja, misalnya aplikasi native yang menggunakan Java.

Mengapa demikian? Sebab, hal tersebut menjadikan aplikasi native memiliki performa yang lebih baik dan cepat. Selain itu, proses loading aplikasi juga cenderung lebih cepat, karena konten dan elemen visual telah disimpan dalam penyimpanan ponsel ketika pengguna memakai aplikasi native di perangkat. 

2. Bisa dinikmati tanpa internet 

Kelebihan selanjutnya lain dari aplikasi native adalah kemampuannya beroperasi meskipun offline—dengan catatan, aplikasi sudah terpasang serta data sudah tersimpan pada perangkat.

Penerapan nyata aplikasi native adalah pada aplikasi YouTube dan Spotify, di mana tetap bisa Anda menikmati kontennya meski tak terhubung dengan internet, asalkan telah mengunduh konten ketika sedang online.

3. Ramah pengguna

Native adalah aplikasi yang memiliki user experience lebih optimal, alias ramah pengguna, sehingga membuat pengguna merasa lebih nyaman memakai aplikasi di perangkat seluler mereka.

Mengapa demikian? Karena aplikasi ini sudah disesuaikan dengan user interface perangkat. Gambar atau data juga bisa dimuat dengan pas, lantaran aplikasi native mampu menyesuaikan lebar layar perangkat secara optimal.

Sebagai contoh, iOS menyediakan fitur Auto Layout dan Android memiliki Constraint Layout. Hal tersebut dapat terjadi, karena developer aplikasi native bisa mengakses fitur layout setiap perangkat.

4. Kemampuan developer mengakses fitur perangkat 

Menurut laporan Statista, per Januari 2022 lalu Indonesia menduduki peringkat ketiga di dunia, sebagai pengguna Facebook terbesar, dengan jumlah sekitar 129,85 juta pengguna.

Namun, tahukah Anda, mengapa saat menggunakan Facebook, aplikasi ini dapat mengakses data gambar dan suara sehingga pengguna bisa lebih mudah mengupload foto, video, maupun suara?

Jawabannya adalah karena developer mampu mengakses fitur yang tersedia pada perangkat. Sebagai contoh fitur mikrofon, kamera, GPS, dan fitur lainnya, yang berdampak terhadap cepatnya proses dan lebih canggihnya aplikasi.

5. Minim error saat pengembangan 

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, menjadi native adalah menjadi spesialis. Fokusnya developer terhadap pengembangan aplikasi pada satu OS saja, membuat aplikasi native memiliki bug atau error yang relatif lebih sedikit.

Lalu, bisakah mengembangkan aplikasi secara hybrid? Jawabannya, tentu bisa! Hanya saja pengembangannya akan lebih rumit karena selain membutuhkan tool pihak ketiga, serta harus menyesuaikan masing-masing perangkat dalam satu bahasa pemrograman yang sama.

Selain lebih rumit, ada juga potensi besar terjadi bug saat pengembangan aplikasi, karena harus melakukan update coding yang lebih rumit dibanding aplikasi native ketika ada pembaruan OS.

6. Lebih aman

Aplikasi native adalah aplikasi yang sulit untuk dibobol, karena dilindungi oleh banyak lapisan sistem keamanan. Native adalah aplikasi yang juga menggunakan API resmi yang bisa dipakai pada berbagai versi sistem—tidak perlu memakai sistem pihak ketiga. 

Fakta lain yang membuktikan bahwa native adalah aplikasi dengan keamanan lebih terjamin dapat dilihat dari penggunaan software development kit (SDK) yang sesuai dengan platformnya. Kendati pengembangan memakai SDK ini lebih lama, tetapi untuk urusan keamanan jelas jauh lebih optimal.

Dari berbagai kelebihan aplikasi native, maka dapat disimpulkan bahwa membuat aplikasi native adalah pilihan yang lebih baik dari berbagai sisi, karena menawarkan lebih banyak kelebihan jika dibandingkan dengan aplikasi hybrid.

Tools untuk membuat aplikasi native

Sama seperti pemain bola yang harus mengetahui cara memainkan si kulit bundar, penyanyi yang wajib memahami karakter mikrofon, dan pelukis yang mesti terampil dalam memainkan kuas serta catnya, programmer juga perlu memahami cara kerja tool untuk membuat aplikasi native.

Hal ini karena tool sama saja seperti senjata perang yang perlu dipakai dan digosok terus-menerus agar menghasilkan sesuatu. Native adalah aplikasi yang tidak hadir dari, atau di dalam ruang kosong.

Anda akan membutuhkan suatu tool untuk mengembangkannya. Berikut kami rangkum 3 tool di bawah ini yang dapat membantu Anda dalam membuat aplikasi native:

1. Xamarin 

Alat besutan perusahaan perangkat lunak yang berbasis di San Francisco ini bisa Anda pakai untuk membangun aplikasi mobile, baik pada OS Windows, iOS, maupun Android. 

Aplikasi milik Microsoft ini menggunakan basis kode C#, sehingga developer dapat menggunakan Xamarin lintas OS dengan antarmuka pengguna asli dan berbagi kode antarplatform, seperti Windows, macOS, dan juga Linux.

Basis framework .NET juga turut mempercepat developer dalam penulisan kode. Maka, tak heran bila sekitar 1,4 juta developer sudah menggunakan Xamarin untuk mengembangkan aplikasi dan menjadikannya cukup populer.

Beberapa keunggulan yang dimiliki Xamarin:

  • Bisa dipakai untuk mengembangkan aplikasi native di berbagai platform.
  • Performa aplikasi cukup baik.
  • Komponen UI yang tersedia menarik karena sesuai dengan platform.
  • Dukungan API pada setiap platform memudahkan pengembangan.

Kekurangan yang dimiliki Xamarin: 

  • Terbatasnya library open source.
  • Komunitas yang relatif masih sedikit.

2. Android Studio

Tool lain yang bisa Anda pakai untuk membangun aplikasi native adalah Android Studio. Tool yang pertama kali diumumkan di Google I/O conference pada tanggal 16 Mei 2013 ini menggunakan bahasa pemrograman yang beragam, seperti C/C++, Kotlin, Java, dan JavaScript.

Anda juga dapat menulis kode dengan lebih cepat, lantaran alat ini menyediakan fitur Intelligent Code Editor. Selain itu, Android Studio juga akan memudahkan Anda dalam membuat aplikasi yang responsive di segala perangkat, karena adanya fitur Visual Layout Editor.

Keunggulan yang dimiliki Android Studio: 

  • Program bisa berjalan lebih cepat karena menggunakan instant run.
  • Fitur Intelligent Code Editor mempercepat penulisan kode Android.
  • Android Studio dibuat untuk berbagai jenis perangkat, seperti smartphone, smart TV, smart watch, dan lainnya. 

Kekurangan yang dimiliki Android Studio: 

  • Penerapan yang rumit.
  • Jika terjadi error, bug sulit ditemukan.

3. Xcode

Selain Xamarin dan Android Studio, alat lain yang dapat digunakan untuk membuat aplikasi native adalah Xcode. Tool ini bisa digunakan untuk membangun aplikasi berbasis macOS, iOS, iPadOS, watchOS, dan tvOS. 

Aplikasi yang dirilis pada akhir 2003 ini mendukung kode sumber untuk bahasa pemrograman seperti: C, C++, Objective-C, Objective-C++, Java, AppleScript, Python, Ruby, ResEdit (Rez), dan Swift.

Anda dan rekan Anda bisa saling mengoreksi coding dengan memberikan komentar karena adanya fitur Team Comments Inline.

Perbaikan error saat pengembangan aplikasi juga bisa dilakukan dengan cara mengaktifkan fitur debug. Hasil debug yang bisa dilihat bisa meminimalisir error pada aplikasi native.

Keunggulan yang dimiliki Xcode: 

  • Bisa dipakai untuk menyisipkan komentar saat bekerja dalam tim.
  • Ada fitur debug yang memudahkan perbaikan error.
  • Ada fitur simulator untuk memeriksa hasil aplikasi secara real-time.

Kekurangan yang dimiliki Xcode:

  • Hanya bisa dijalankan di macOS

Kesimpulan

Aplikasi native adalah aplikasi yang dirancang dan dikembangkan secara khusus untuk sistem operasi tertentu. Contohnya, aplikasi yang dibuat khusus untuk Android biasanya menggunakan bahasa Java atau Kotlin, sedangkan iOS dibuat menggunakan Swift atau Objective-C.

Aplikasi Native dibuat agar dapat memanfaatkan fitur dan kemampuan hardware serta sistem operasi yang mendasarinya, sehingga memungkinkan performa pada perangkat dapat berjalan lebih optimal.

Bagi anda yang ingin mengembangkan aplikasi native di server, Anda dapat menggunakan layanan VPS KVM Rumahweb yang konfigurasinya fleksible serta pilihan resource yang bervariatif sesuai kebutuhan Anda.

Demikian artikel kami tentang apa itu aplikasi native hingga tools yang biasa digunakan untuk membuatnya. Semoga bermanfaat.

Bermanfaatkah Artikel Ini?

Klik bintang 5 untuk rating!

Rating rata-rata 4 / 5. Vote count: 4

Belum ada vote hingga saat ini!

Kami mohon maaf artikel ini kurang berguna untuk Anda!

Mari kita perbaiki artikel ini!

Beri tahu kami bagaimana kami dapat meningkatkan artikel ini?

VPS Alibaba

Ahmad Mufid

Hai, saya Mufid. Bekerja di Rumahweb sebagai Freelance Content Writer. Saya suka membaca dan menulis. Semoga bisa membantu Anda memahami hal-hal teknis dengan lebih mudah melalui tulisan-tulisan yang saya bagikan.